keluarga yang diharapkan



PEMBAHASAN
1.       TEKS DAN MAKNA HADITS
a.       KELUARGA YANG PENUH KASIH SAYANG DAN KEBAHAGIAAN
Sesungguhnya pondasi kehidupan keluarga seorang Mukmin yang penuh berkah itu tergantung seberapa dibangunnya rasa kasiih sayang dan dan rasa cinta. Seperti yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an
وَمِنْ أَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْ فُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إٍلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَأَيَاتٍ لِقَوْمِ يَتَفَكَّرُوْنَ .
Artinya : “sebagian dari tanda-tanda Allah yakni Allah menciptakan kalian semua pada diri kalian masing-masing berpasang-pasangan supaya kalian bias merasa nyaman atau tentram dan Allah menjadikan diantara kalian rasa penuh cinta dan kasih sayang, sesungguhnya didalamnya terdapat tanda-tanda bagi orang yang berfikir. (QS.
Dan lahirnya seperti itu dikarenakan adanya interaksi yang baiksaling bermusyawarah, saling tolong menolong dan saling ridho diantara setiap anggota keluarga. Allah SWT berfirman dalam Al_Qur’an
وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا (
Artinya: “dan pergaulilah mereka (istri-istri) dengan baik karena apabila kalian membencinya boleh jadi kalian membenci sesuatu yang Allah jadikan sesuatu tersebut sebagai sebuah kebaikan.”
b.        Teks Hadits
(2554)- [2612] حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ الْبَغْدَادِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيل ابْنُ عُلَيَّةَ، حَدَّثَنَا خَالِدٌ الْحَذَّاءُ، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ K: " إِنَّ مِنْ أَكْمَلِ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَأَلْطَفُهُمْ بِأَهْلِهِ "
Artinya:
 Telah meceritakan Ahmad bin Muni’ Al-Baghdadi, telah mwnceritakan Isamil bin Ghulaiah, telah menceritakan kholid Al-hudza, dari Abi Kilabah, dari Aisyah R.A bersabda, Rasulallah SAW bersabda : “ sesungguhnya sebaik-baik  imanya seorang mu’min yaitu mereka yang baik perilakunya dan mereka yang mengasihi keluarganya.” (HR. Sunan At-Tirmidzi)
·         Penjelasan Hadits
                Dari penjelasan hadits diatas bahwasannya Rasulallah mengajarkan kita untuk berbuat baik terhadap sesama orang mu’min baik itu mu’min laki-laki ataupun mu’min perempuan, karena perilaku yang baik merupakan sebuah pondasi bagi manusia untuk menciptakan keluarga yang penuh kasing sayang dan kebahagiaan. Kasih sayang merupakan sebuah gaya hidup bagi orang-orang yang menginginkan ketentraman dalam sebuah keluarga agar melahirkan suatu kesenjangan didalam keluarga. Dan lahirnya yang seperti itu merupakan sebuah aspek yang dibutuhkan disetiap keluarga yang menginginkan keluarga yang penuh kasih sayang dan kebahagiaan, baik yang dibutuhkan oleh seorang laki-laki ataupun seorang perempuan. Jika diantara orang mukmin melakukan suatu perkara yang bisa membuahkan pertikaian antara laki-laki dan perempuan niscaya salah satu dari orang tersebut harus mempunyai sebuah tekad yang bisa mengubah keluarga tersebut menjadi lebih baik agar tidak ada lagi keluarga yang selalu bercerai-berai dan tidak ada pertikaian lagi.
·         kualitas Matan dan Kuantitas Matan
Setelah ditelusuri melalui aplikasi- aplikasi hadits diatas termasuk hadits yang Shahih. Isi dari hadits ini juga masuk akal dan tidak menyalahi isi Al-Qur’an. Dan ketika dibandingkan dengan periwayatan lain yang kedudukannya lebih tsiqah darinya, hadits diatas tidak bertentangan. Tidak hanya dalam kutubu tis’ah, hadits diatas juga terdapat dalam kitab-kitab lain yang selain kutubu tis’ah. Sedangkan dalam kuantitas Matan hadits tersebut memiliki satu jalur periwayatan dengan jumlah perawi pada sanad dilihat dari aspek thabaqat para perawi hadits ini merupakan hadits yang Shahih Lighairihi (Hadits Hasan).
·         Kualitas Sanad
Hasil penelitian dari hadits diatas bahwasannya para perawi dari periwayatan Sunan t-Thirmidzi ini muthasil dengan kata lain bersambung sanadnya, karena murid dan guru saling bertemu atau sezaman. Penilaian Ulama terhadap rawinya juga Tsiqat, hafidz yang mana berarti bahwa perawi memiliki periwayatan. Sedangkan cara penyampaian hadits dari rawi, jika dilihat  dari lafadz yang tertera pada hadits ini yakni lafadz حدثنا  lafadz ini merupakan tingkatan penyampaian atau penerimaan yang paling tinggi dibandingkan dengan yang lain.
c.       Teks Hadits
(638)- [676] حَدَّثَنَا آدَمُ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْحَكَمُ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنِ الْأَسْوَدِ، قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَة، مَا كَانَ النَّبِيُّ K يَصْنَعُ فِي بَيْتِهِ ؟ قَالَتْ: " كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلَاةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ "
Artinya:
“telah menceritakn Adam, beliau berkata, telah menceritakan Su’bah beliau berkata, telah menceritakan Hakim, dari Ibrahim dari Aswad beliau berkata,  saya pernah berkata pada siti Aisyah RA. Mengenai apa yang dilakukan oleh Rasulallah SAW didalam rumah untuk keluarganya, kemudian Siti Aisyah berkata “ Rasulallah sebagai kepala rumah tangga selalu melakukan suatu pekerjaan dengan melayani keluarganya, ketika masuk waktu shalat beliau keluar untuk melakukan shalat.” (HR. Imam Bukhari)
·         Penjelasan Hadits
Hadits diatas menjelaskan pekerjaan apa yang dilakukan oleh Rasulallah SAW dalam rumah. Rasulallah SAW ketika didalam rumah bersama istri-istrinya selalu melakukan pekerjaan yang dimana pekerjaan tersebut merupakan ujung tombak kekeluargaan agar tidak terjalinnya pertikaian didalam keluarga tersebut. Beliau selalu menemani atau melayani istri-istrinya dalam segala hal apapun yang diinginkan olehnya. Sebagai seorang kepala rumah tangga beliau selalu melakukan pekerjaan dengan melayani keluarganya. Karena keluarganya lah yang menjadikan beliau sebagai seorang pemimpin yang tangguh dan bijaksana, dan tidak suka membenci orang lain dan keluarganya. Sebagai seorang mukmin yang baik perilakunya tidak pantas untuk selalu berbuat yang tidak baik terhadap keluarganya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam keluarga. Berbeda halnya apabila Rasulallah akan melakukan shalat atau beliau sudah mendengarkan waktu masuk shalat beliau langsung bersegera meninggalkan keluarganya untuk melaksanakan shalat, Karena shalat lebih penting daripada mengurusi keluarga dalam segala hal apapun.
d.  Teks Hadits

5596)- [6029] حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ سُلَيْمَانَ، سَمِعْتُ أَبَا وَائِلٍ، سَمِعْتُ مَسْرُوقًا، قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو. ح وحَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ شَقِيقِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ مَسْرُوقٍ، قَالَ: دَخَلْنَا عَلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو حِينَ قَدِمَ مَعَ مُعَاوِيَةَ إِلَى الْكُوفَةِ، فَذَكَرَ رَسُولَ اللَّهِ K فَقَالَ: لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَقَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ K: " إِنَّ مِنْ أَخْيَرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ خُلُقًا "

Artinya: masruk berkata “ kami bertemu dengan Abdullah bin ‘Umar, ketika hendak pergi bersama Muawiyah menuju kota Kuffah, maka Abdullah bin ‘Umar ingat perkataan atau Sabda Nabi yang berkata “tidak ada orang yang tergesa-gesa dan tidak ada orang yang membuat orang lain tergesa-gesa.” Masruk berkata, Rasulallah SAW bersabda “sesungguhnya sebaik-baiknya kalian ialah kalian yang baik perilakunya.”


·         Penjelasan Hadits
Rasulallah SAW merupakan Nabi yang tidak pernah berhenti melayani amggota keluarganya bahkan Rasulallah SAW menjadi penolong dan memimnpin anggota keluarganya supaya menjadi keluarga yang bahagia dan melahirkan kasih sayang diantara keluarganya.
d.      Teks Hadits
(5565)- [5997] حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: " قَبَّلَ رَسُولُ اللَّهِ K الْحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ وَعِنْدَهُ الْأَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ التَّمِيمِيُّ جَالِسًا، فَقَالَ الْأَقْرَعُ: إِنَّ لِي عَشَرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا، فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ K ثُمَّ قَالَ: " مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ "

Artinya : Abu Hurairah berkata Rasulallah SAW pernah mencium Hasan bin Ali dihadapan Al-Aqra yang sedang duduk, kemudian Al-Aqra berkata “saya mempunyai 10 anak akan tetapi saya tidak pernah mencium salah satu diantaranya. Kemudian Rasul SAW memandang Al-Aqra lalu berkata “ barang siapa yang tidak punya kasih maka tidak akan dikasih sayangi.”

·         Penjelasan Hadits
Dalam berkeluarga manusia diajarkan untuk saling mengasihi satu sama lain. Tidak memandang orang tersebut kecil atau besar dalam hal saling mengasihi. Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk lain haruslah memiliki sifat yang ada para Rasulallah SAW yaitu sifat kasih sayang. Terjalinnya keluarga yang diinginkan oleh setiap keluarga adalah memiliki sifat kasih sayang antar sesama. Rasulallah SAW memiliki sifat kasih sayang terhadap keluarganya yang bisa menjadikan keluarga tersebut ada rasa kasih sayang. Kasih sayang beliau tidak hanya kepada keluarga dan anak, akan tetapi Rasulallah juga mengasihi para umatnya yang berjihad dijalan Allah. Oleh karena itu kita sebagai umat yang tidak pernah melihat Rasulallah SAW harus memiliki sifat yang ada pada diri Rasulallah SAW. Agar terjalinnya kasih sayang dalam berkeluarga.
e.      Teks Hadits
(2039)- [2384] حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ يَعْنِي ابْنَ عُثْمَانَ الْقُرَشِيَّ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ K " يُقَبِّلُنِي وَهُوَ صَائِمٌ وَأَنَا صَائِمَةٌ "

Artinya : Dari siti Aisyah RA. Rasulallah SAW pernah menciumku dalam keadaan berpuasa dan saya pun dalam keadaan berpuasa.

f.        Teks Hadits
(430)- [479] حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ، نا الْعَبَّاسُ بْنُ الْوَلِيدِ بْنِ مَزْيَدٍ، أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ شُعَيْبٍ، نا سَعِيدُ بْنُ بَشِيرٍ، وَحَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، نا الْحَسَنُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ الْجَرَوِيُّ، نا [ ج  1 : ص 103 ] أَبُو حَفْصٍ التِّنِّيسِيُّ، نا سَعِيدُ بْنُ بَشِيرٍ، حَدَّثَنِي مَنْصُورٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: " لَقَدْ كَانَ نَبِيُّ اللَّهِ K يُقَبِّلُنِي إِذَا خَرَجَ إِلَى الصَّلاةِ وَمَا يَتَوَضَّأُ ".


Artinya : dari Aisyah RA berkata Rasulallah SAW pernah menciumku ketika hendak pergi melakukan shalat dalam keadaan tidak berwudhu.

·         Penjelasan Hadits
Mencium merupakan bentuk perwujudan kasih sayang, cinta, dan memberikan kegembiraan kepada anggota keluarganya. Dalam berkeluarga mencium akan menimbulkan keimdahan dalam hati mereka masing-masing. Karena hati mereka akan tersentuh oleh hal-hal yang syahdu, penuh kasih sayang, dan hal-hal yang menggembirakan.
2.      PENJELASAN DARI SEMUA HADITS
Dalam mengarungi kehidupan masyarakat membentuk sebuah kelompok kecil yang bernama Keluarga. Dalam keluarga ini mereka mampu bekerja sama dengan harmonis. Seseorang mendapatkan latihan untuk mampu berkasih sayang, saling menghormati saling mencintai dan saling mengerti satu sama lain. Seseorang akan membina kiatan keluarga bagi diri mereka sendiri apabila mereka telah siap, baik dari kedewasaan berfikirnya, maupun kekuatan keuanganya telah mencukupi untuk sebuah kehidupan yang mandiri. Ikatan keluarga ini harus memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Ikatan keluarga yang hanya menguntungkan salah satu pihak saja adalah pemerasan uang tidak perlu dipertahankan. Sesuai sabda Nabi seperti hadits yang diatas : “sebaik-baik imanya seorang mu’min yaitu mereka yang baik perilakunya dan mereka yang mengasihi keluarganya”. Nabi mengajarkan kepada kaumnya untuk berbuat baik kepada siapapun. Kerena sebaik-baiknya seorang mu’min yaitu mereka yang berperilaku baik kepada sesama dan menciptakan keluarga yang penuh kasiih dan sayang.
Rasa kasih sayang dan perilaku yang baik merupakan sebuah aspek yang sangat dibutuhkan bagi setiap keluarga yang menginginkan keluarga tersebut menjadi keluarga yang penuh dengan rasa kasih sayang dan melahirkan kebahagiann. Kedua belah pihak harus memberikan yang terbaik bagi pasangannya. Komunikasi harus terus mengalir lancar untuk menghindari permasalahan kecil bertumpuk dan menjadi kronis. Menegur pasangannya agar sesuai yang diinginkan, harus secara pribadi dan tidak terbuka dimuka umum. Seseorang yang telah berkeluarga harus menyadari setiap pasangan mereka adalah pribadi mandiri yang telah sepakat untuk tinggal bersama secara sah. Mereka berdua melihat manfaat ikatan ini bagi keduanya. Bila manfaat ini tidak dirasakan oleh keduanya , mereka berdua akan merundingkannya dan mencari pemecahan terbaik bagi keduanya, tentunya tanpa melupakan tugas dan kewajiban mereka dalam mendidik anak hasil perkawinannya. Dalam hal ini sesuai dengan sabda Nabi yang terdapat dalam hadits Shahih Bukhari dari Aswad berliau berkata “ saya pernah berkata kepada Aisyah mengenai apa yang dilakukan oleh Rasulallah SAW dalam rumah untuk keluarganya, kemudian Aisyah berkata “ Rasulallah sebagai kepala rumah tangga selalu melakukan suatu pekerjaan dengan melayani keluarganya, ketika masuk waktu shalat beliau keluar dan melakukan shalat. Terdapat juga yang diriwayatkan oleh Masruk, beliau berkata “ kami bertemu dengan Abdullah bin Umar ketiak hendak pergi bersama muawiyah menuju kota kuffah, maka Abdullah bin Umar ingat sabda Nabi SAW “tidak ada orang yang tergesa-gesa dan tidak ada orang yang membuat orang lain tergesa-gesa. Masruk berkata Rasulallah SAW sesungguhnya sebaik-baiknya kalian ialah kalian yang baik perilakunya.
Rasulallah SAW, merupakan Nabi yang tidak pernah berhenti melayani anggota keluarganya. Bahkan Rasulallah SAW menjadi penolong dan memimpin keluarganya suapaya menjadi keluarga yang bahagia dan melahirkan rasa kasih sayang diantara mereka. Setiap insan sadar bahwa keadilan adalah sesuatu yang indah dihati dan nyaman untuk dihayati. Seorang yang sudah berkeluarga menghayati bahwa mereka bertekat untuk menjadi satu keluarga, bukan karena kebetulan mereka tinggal ditempat yang sama, tetapi mereka menjadi satu keluarga karena memiliki cita-cita yang sama, abik bagi diri mereka sendiri, maupun bagi keturunan mereka kelak. Dalam mengatasi persoalan hidupnya, mereka selalu berceria dan bertindak secara bersama-sama sebagai satu kesatuan. Seperti sabda Nabi SAW, didalam hadits Shahih Bukhari dari Abi Hurairah beliau berkata “ Rasulallah pernah mencium Hasan bin Ali dihadapan Al-Aqra’ yang sedang duduk, kemudian Al-Aqra’ berkata saya mempunyai 10 anak tetapi saya tidak pernah mencium salah satunya, kemudian Rasulallah SAW memandang Al-Aqra’  lalu beliau bersabda “ barangsiapa yang tidak punya kasih sayang maka tidak akan dikasih sayangi”.
Untuk menciptakan keluarga yang di inginkan oleh semua orang adalah mereka yang berpikiran jernih, berkata dan bertindak secara jujur, dapat dipercaya, mempunyai rasa kasih sayang dan cinta. Rasa kasih sayang dan cinta inilah sebagai pondasi kehidupan yang di inginkan dalam sebuah keluarga sorang mu’min yang penuh keberkahan.

PENUTUP
a.      Kesimpulan
Sesungguhnya pondasi kehidupan keluarga seorang Mukmin yang penuh berkah itu tergantung seberapa dibangunnya rasa kasiih sayang dan dan rasa cinta.
b.      Saran
Sebagai manusia yang kurang akan ilmu pengetahuan tentang ilmu terutama dalam ilmu Hadits. Kita perlu belajar bagaimana untuk memnciptakan keluarga yang diharapkan oleh seseorang untuk menciptakan keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah. Untuk itulah saran saya belajarlah pada orang yang lebih tau tentang menciptakan keluarga yang penuh kasih sayang dan kebahagiaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini